Keluarga Besar PN Labuha Bersholawat, Bersama Ustadz Asep Sofyan, Lc

Memasuki hari ke-12 bulan Rabiul Awal, Ummat Muslim di Kabupaten Halmahera Selatan dari berbagai kalangan, mulai dari Pemerintah, Organisasi Keagamaan, Kesultanan Bacan, Sekolah bahkan Komunitas-Komunitas Kecil meramaikan bulan kelahiran Rosulullah dengan event keagamaan atau Tabligh bertemakan Maulid.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Keluarga Besar Pengadilan Negeri Labuha, seperti apa Maulid yang digelar instansi di bawah Mahkamah Agung ini?
Berikut catatan, Arman Hi. Safi, Staf PN Labuha.
Langit Kota Labuha Jumat (20/9) siang di hari ke 16 Rabiul Awal, sekitar pukul 13:30 WIT terlihat sebagian berawan, sang surya tampak malu-malu menampakkan diri, karena terhalang mendung. Angin berhembus cukup kencang.
Usai makan siang, setelah jum’atan berjamaah di Masjid Sultan Bacan, handphone saya bergetar, di layar HP muncul nama Sahril PN Labuha, rupanya IL, sapaan akrab Sahril Abubakar, teman sekantor.
"Halo, Assalamu’alaikum," jawabku. Setelah menggeser, simbol telpon berwarna hijau bergetar di layar HP menggunakan jari ibu.
"Wa'alaikumussalam,"jawab Sahril dari balik telpon.
"Man, Pak Wakil printah, sadiki baca saritilawa, diacara maulid, nanti saya pe maitua yang mangaji,"sambungnya.
Sempat terpikirkan untuk menawarkan kembali ke Sahril, agar dicarikan teman yang lain, namun, hati ini berbisik, hanya baca terjemahan ayat-ayat suci Al-qur'an bukan yang mengaji atau qori nya, Inn shaa Allah, bisa. Gumamku.
"Oke IL, nanti kirim nama surat dan ayat-ayat yang dibaca, supaya saya cari terjemahannya," pintaku.
"Oke, Oke, nanti saya kirim,"timpal Sahril, sambil mengucap, Assalamu’alaikum, mengakhiri percakapan, saya pun menjawab Wa'alaikumussalam.
Sejurus kemudian, saya bersama Abu Dzar Alghifari - salah satu Panitera Pengganti PN Labuha, berangkat ke kantor, tujuannya ke Musholah tempat acara Malulid, menggunakan sepeda motor miliknya.
Lebih tepatnya sepeda motor merk Honda - Supra fit itu, bukan milik Gifar, tapi dipinjamkan oleh Panmud (Panitera Muda) Hukum, PN Labuha, Mohtar Souwakil. Hehehe.
Sejak menjadi bagian dari PN Labuha, sekitar empat bulan lalu, saya merasa terbantu dengan sepeda motor "milik" Gifar itu, karena hampir setiap hari pergi dan pulang kantor menumpangi motor itu.
Ketika sampai di Mushollah PN Labuha, disana sudah hadir Wakil Ketua PN Labuha, Wahyudinsyah Panjaitan, S.H., M.Hum Dan Ketua Dharma Yukti Karini Cabang Labuha, Habiba Hanum, S.H, M.Hum – isteri Wahyudinsyah Panjaitan. Ada juga Kasubag PTIP, PN Labuha, Ridwan Umagap dan Jaslin yang tampak sibuk menyiapkan perlengkapan acara seperti sound, infokus dan lain-lain.
Sambil menunggu kedatangan Ustadz Asep, saya menggunakan handphone mencoba berselancar di fasilitas google crome, mencari ayat dan terjemahannya yang akan saya bacakan.
Tak lama kemudian, datanglah Ustadz Asep, sehingga acara Maulid Keluarga Besar PN Labuha dimulai.
Acara sholawatan dan do'a bersama tersebut berlangsung khusu, mubaligh yang diundang untuk mengisi ceramah hikmah Maulid adalah Ustadz Asep, pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Kupal, Kecamatan Bacan Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan.
Hadir juga Hakim PN Labuha, Galang Adhe Sukma dan Kartika Wati.
Panitera PN Labuha, Muhammad Syahrul Ratuela, Sekretaris PN Labuha, Ma'rifin Arif, para pejabat struktural, fungsional, pelaksana, dan PPNPN (Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri).
Tak ketinggalan pengurus Dharma Yukti Karini Cabang Labuha.
Acara ini dipandu oleh Kasubag Umum dan Keuangan PN Labuha, Sulaiman Tomia, diawali dengan kata sambutan Panitera M. Syahrul Ratuela, kemudian dibacakan Qur'an Surat ke 33, Al Ahzab ayat 21 - 22 oleh Qoriah Nurmila Anda dengan sari tilawah, Arman Hi. Safi, dilanjutkan dengan bersholawat kepada Baginda Nabiullah Muhammad SAW.
Ustadz Asep mengulas hikmah Maulid dengan mengangkat kisah kehidupan Rosulullah sebagai suri teladan bagi ummat muslim.
Penceramah asal Bandung ini memulai tausiahnya dengan mengutip hadits yang diriwayatkan Imam At-Thabarani, yang berbunyi; barang siapa mencintaiku, maka dia bersamaku di surga.
Salah satu teladan Rosulullah, ucap Ustadz Asep, adalah kehidupan rumah tangga Rosulullah.
Diriwayatkan Imam Tirmizi, lanjut Ustadz Asep, bahwasanya rumah Rosulullah bersama isterinya Aisya RA, tidak lebih dari 4 x 4 meter persegi. Dengan rumah seukuran itu, apakah rumah tersebut luas? Tanya Ustadz Asep kepada jamaah Mushollah Al Adl PN Labuha.
"Tidak ustadz" jawab jamaah, dengan suara pelan.
Dengan rumah seukuran itu, Ustadz Asep melanjutkan kisah Rosulullah, mungkin tidak lebih luas dari dapur ibu-ibu yang di rumah, mungkin juga tidak lebih luas dari ruang tamu, rumah bapak-bapak.
"Tapi apakah mengurangi rasa cinta dan kasih sayang antara Aisyah RA dengan Rosulullah? Tanya Ustadz Asep lagi. "Jawabannya tidak" sambungnya.
Justru dengan kondisi rumah yang sempit itu, “masih” kata Ustadz Asep, Aisyah RA tetap bersyukur kepada Allah SWT dan berucap, baiti jannati - rumahku adalah surgaku. Penggalan ucapan Aisya itu populer hingga saat ini.
Dikisahnya, dari rumah itu, Rosulullah bersama isterinya Aisyah RA, hidup sangat sederhana, bahkan dapur di rumah tersebut, pernah tidak mengepul asap sama sekali, sebulan lamanya, karena Aisyah RA tidak memasak makanan untuk Rosulullah, bukan karena Aisyah RA malas, namun, tidak ada bahan makan untuk dimasak.
Sehingga Rosulullah dan Aisyah RA hanya makan buah kurma dengan minum air putih untuk menghilangkan rasa lapar dan haus.
"Saya mau tanya apakah di rumah bapak-bapak pernah isterinya tidak masak selama sebulan?, tentu tidak,"timpal ustadz lagi.
Selain kisah rumah tangga Rosulullah bersama Aisyah RA yang diulas, Ustadz Asep juga mengisahkan dahsyatnya shodaqoh atau berbagi.
Suatu ketika, seorang pengemis mengetuk pintu rumah Aisyah RA, dengan tujuan mendapatkan makanan dari Aisyah RA, saat membuka pintu, Aisyah RA mendapati pengemis ingin meminta sesuatu yang bisa dimakan, namun, Aisyah RA sudah sebulan tidak bisa memasak karena tidak ada bahan makan untuk dimasak.
Ditengah keheningan khusu’nya ceramah Ustadz Asep, dari kejauhan terdengar suara tarhim dan azam bersahut-sahutan, kalimat-kalimat takbir itu masuk melalui sela-sela jendela Mushollah Al-Adl, menandakan sudah masuk waktu sholat Ashar, Ustadz Asep pun meminta rehat sejenak untuk sholat berjamaah.
“Kebetulan saya pertama hadir di Mushollah ini, pak ketua, izinkan saya untuk mengumandankan adzan,”pintah Ustadz Asep, permintaan itu diiyakan.
Selesai sholat berjama’ah, yang juga diimami, Ustad Asep. Acara ceramah hikmah maulid dilanjutkan.
“Tadi sampai dimana?” tanya Asep, memastikan akhir ceramahnya, saat memasuki waktu sholat Ashar. “Ketuk pintu, ustadz,”jawab jamaah,“oke kita lanjut”sahutnya.
Ustadz Asep melanjutkan ceramahnya, dalam kondisi seperti itu, Rosulullah memberikan sehelai pakaiannya kepada sang pengemis, dan memintanya menjual ke pasar, dengan harapan semoga ada penduduk yang mau membelinya sehingga si pengemis bisa mendapatkan uang untuk beli makanan.
Ketika di pasar, pakaian Rosulullah tersebut laku terjual dengan harga yang sangat mahal. Sebab, si pengemis meneriakkan dijual pakaian Rosulullah, mendengar barang milik Rosulullah dijual, berkumpullah para sahabat untuk membeli pakaian tersebut, bahkan saling berebut menawarkan harga terbaik, sehingga terjadilah persaingan harga.
Setelah Pakaian Rosulullah terjual, kembalilah si pengemis ke rumah Aisyah RA, untuk menyampaikan ke Rosululullah, bahwa baju tersebut telah laku terjual. Alhamdulillah.
Singkat cerita, pakaian yang sudah disodaqohkan tersebut kembali lagi ke Rosulullah, karena dibeli oleh seorang saudagar kaya, sang saudagar tersebut ingin mengembalikan pakaian Rosulullah, sekaligus menyampaikan terimah kasih kepada Rosulullah, atas karomah pakaian itu, sehingga menyembuhkan matanya yang sudah buta sejak lama, setelah diusap-usap ke mata.
Hikmah dari pakaian Rosulullah itu kata Ustadz Asep, bahwa bersodaqoh sangat dahsyat. Harta benda yang kita sodaqohkan akan kembali ke kita, bahkan tidak mengurangi nilainya justru memberi manfaat. Contohnya pakaian Rosulullah.
Banyak kisah kehidupan Rosulullah yang diangkat Ustadz Asep. Sehingga acara maulid yang dimulai pukul 15:00 WIT itu terasa berjalan begitu cepat. Acara Maulid terpaksa diakhiri, setelah sesi tanya jawab, karena seluruh Staf dan pimpinan PN Labuha harus melaksanakan apel sore sebelum pulang ke rumah masing-masing.(**)